Friday, June 27, 2025

Penggabungan Tokopedia dan TikTok Shop Menimbulkan Sejumlah Masalah bagi Para Penjual

Sejak resmi diumumkan pada akhir tahun 2023, penggabungan Tokopedia dan TikTok Shop menjadi salah satu langkah strategis besar dalam dunia e-commerce Indonesia. Tujuannya jelas: menciptakan sinergi antara marketplace lokal terbesar dan platform media sosial berbasis video pendek yang tengah naik daun. Namun, di balik ambisi bisnis ini, tak sedikit penjual yang justru merasa dirugikan atau kebingungan akibat proses integrasi yang tidak berjalan mulus.

Tokopedia - Tiktok Shop

Lalu, apa saja masalah yang timbul dari penggabungan ini? Mengapa banyak seller mengeluh, dan apa solusi yang bisa dilakukan agar pelaku UMKM tetap bisa bertahan di tengah perubahan ini?

Sekilas Tentang Penggabungan Tokopedia dan TikTok Shop

TikTok Shop sempat ditutup sementara oleh pemerintah Indonesia pada Oktober 2023 karena dinilai melanggar aturan perdagangan elektronik. Namun, untuk kembali beroperasi, ByteDance—perusahaan induk TikTok—akhirnya mengambil langkah strategis dengan mengakuisisi saham mayoritas Tokopedia milik GoTo Group.

Hasilnya, TikTok Shop kini "menumpang" di ekosistem Tokopedia. Fitur live shopping TikTok tetap aktif, tetapi seluruh proses transaksi dan pembayaran diarahkan melalui sistem Tokopedia. Bagi pengguna, ini terlihat sederhana, tetapi bagi penjual, muncul berbagai masalah teknis dan strategis.

Masalah yang Dihadapi Para Penjual Setelah Penggabungan

1. Proses Integrasi Sistem yang Rumit
Banyak seller TikTok Shop yang sebelumnya sudah nyaman dengan sistem dashboard TikTok kini dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan sistem Tokopedia. Proses integrasi ini tidak selalu berjalan mulus, terutama bagi penjual yang belum pernah berjualan di Tokopedia.
  • Dashboard berubah
  • Proses input produk harus sinkron
  • Banyak laporan transaksi yang tumpang tindih

Ini membuat banyak pelaku UMKM kesulitan beradaptasi dan bahkan kehilangan sebagian data transaksi sebelumnya.

2. Penurunan Jumlah Pesanan
Beberapa penjual mengeluhkan adanya penurunan jumlah pesanan setelah integrasi dilakukan. Hal ini disebabkan oleh:
  • Perubahan sistem checkout yang lebih panjang (dari TikTok ke Tokopedia)
  • Konsumen merasa proses belanja menjadi tidak sepraktis sebelumnya
  • Masih adanya bug teknis saat pembayaran atau saat masuk keranjang

Akibatnya, banyak pembeli yang membatalkan transaksi di tengah jalan.

3. Kebingungan dalam Penanganan Komplain
Sebelum penggabungan, komplain ditangani langsung oleh masing-masing platform. Kini, banyak penjual yang tidak tahu harus menghubungi siapa jika terjadi masalah: apakah ke pihak TikTok, atau Tokopedia?
  • Beberapa pengembalian dana lambat
  • Komplain dari pembeli sulit dilacak
  • Tidak ada panduan resmi yang jelas di awal integrasi

Situasi ini tentu membuat reputasi penjual jadi taruhannya.

4. Biaya Tambahan dan Potongan Komisi
Setelah integrasi, muncul keluhan tentang adanya biaya komisi ganda atau tidak transparan. Penjual merasa potongan yang dikenakan oleh platform meningkat tanpa penjelasan rinci. Hal ini tentu memberatkan terutama bagi UMKM dengan margin keuntungan yang sempit.


Dampak Penggabungan terhadap UMKM dan Seller Kecil
Para penjual kecil yang sebelumnya menggantungkan penjualannya pada fitur live TikTok Shop merasa sangat terdampak. Banyak dari mereka belum terbiasa menggunakan sistem marketplace seperti Tokopedia, yang cenderung lebih teknis dan membutuhkan stok serta manajemen logistik lebih kompleks.

Dampaknya:
  • Banyak toko kecil berhenti sementara
  • Fokus beralih kembali ke Instagram atau platform lain
  • Beberapa seller terpaksa menurunkan harga untuk bersaing di Tokopedia

Respons dari TikTok dan Tokopedia
Pihak TikTok dan Tokopedia menyatakan bahwa penggabungan ini dilakukan untuk menciptakan ekosistem yang lebih kuat dan menguntungkan bagi semua pihak. Mereka berjanji akan:
  • Terus menyempurnakan sistem integrasi
  • Memberikan edukasi dan panduan kepada penjual
  • Menyediakan customer service terpusat

Namun, realisasinya di lapangan masih jauh dari sempurna. Banyak seller mengaku tidak mendapatkan respons cepat dari customer service dan merasa seperti "dibiarkan belajar sendiri".


Solusi dan Tips untuk Seller yang Terdampak
Jika Anda adalah penjual yang terdampak oleh penggabungan ini, berikut beberapa tips agar tetap bisa bertahan dan beradaptasi:

1. Ikuti Pelatihan Resmi
Tokopedia dan TikTok sering mengadakan webinar atau pelatihan gratis. Pastikan Anda mengikuti agar paham cara mengelola toko di sistem baru.

2. Gunakan Tools Manajemen Toko
Gunakan aplikasi pihak ketiga seperti Jubelio, Ginee, atau Mekari Qontak untuk mengelola stok dan transaksi secara efisien di beberapa platform sekaligus.

3. Perkuat Branding di TikTok
Meski transaksi pindah ke Tokopedia, konten dan live TikTok tetap penting. Bangun branding yang kuat agar konsumen tetap loyal dan mengikuti proses checkout meski harus pindah aplikasi.

4. Evaluasi Strategi Harga dan Produk
Sesuaikan harga dengan kondisi platform baru. Jika perlu, buat paket produk atau bundling agar lebih menarik.

5. Gabung Komunitas Seller
Bergabunglah dengan grup komunitas seller TikTok Shop atau Tokopedia untuk berbagi pengalaman, solusi, dan tips praktis.


Kesimpulan
Penggabungan Tokopedia dan TikTok Shop memang menjadi langkah besar dalam dunia e-commerce Indonesia, namun perubahan ini tidak lepas dari sejumlah tantangan dan masalah bagi para penjual, terutama UMKM dan seller kecil.

Sistem integrasi yang belum sempurna, perubahan alur transaksi, serta ketidakjelasan dalam penanganan komplain menjadi kendala nyata di lapangan. Oleh karena itu, penting bagi para penjual untuk terus belajar, beradaptasi, dan mencari strategi baru agar tetap eksis dan berkembang dalam ekosistem yang berubah.

Semoga ke depan, pihak platform lebih aktif mendengarkan suara penjual dan memperbaiki sistem agar penggabungan ini benar-benar memberikan manfaat jangka panjang.